Di ibu kota Ulaanbaatar, Selasa (3/9), Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Presiden Mongolia Ukhnaa Khurelsukh dalam lawatan pertamanya ke negara itu dalam lima tahun.
Putin mengumumkan pada sebuah konferensi pers gabungan dengan pemimpin Mongolia bahwa persiapan untuk saluran pipa gas Soyuz Vostok telah selesai. Proyek ini akan mengalirkan gas Rusia ke China melalui Mongolia.
Putin bertemu dengan Ketua DPR Mongolia Dashzegviin Amarbayasgalan dan Perdana Menteri Luvsannamsrain Oyun-Erdene setelah pertemuan dengan Khurelsukh.
Lawatan Putin ke negara-negara anggota Mahkamah Pidana Internasional (ICC) ini merupakan yang pertama sejak ICC menerbitkan surat perintah penangkapan dirinya 18 bulan yang lalu.
Rusia dan Mongolia Perkuat Jalin Kerjasama Pertahanan
Rusia dan Mongolia telah bekerja sama dalam berbagai bentuk kerja sama pertahanan, salah satunya adalah pembelian senjata Rusia dan pelatihan ratusan prajurit Mongolia.
Hal itu dikatakan oleh Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexey Fomin pada beberapa waktu lalu saat berkunjung ke Mongolia bersama Presiden Vladimir Putin.
Kami mempertahankan kolaborasi pertahanan dan militer, dan kami memberikan pelatihan kepada pasukan. Fomin mengatakan kepada TASS pada Rabu (4/9), “Tahun ini, kami memberikan pelatihan kepada lebih dari 340 personel angkatan bersenjata.”
Selain itu, ia mengatakan bahwa Akademi Kadet Presiden, Akademi Kadet Presiden di Kyzyl, Siberia, adalah tempat pasukan Mongolia dilatih.
Selain itu, kerja sama pertahanan lainnya mencakup penyediaan senjata dan peralatan militer, serta layanan perbaikan, pemeliharaan, dan modernisasi. “Inilah yang mereka terima,” katanya.
Meskipun demikian, Putin mengatakan kepada Presiden Mongolia Ukhnaagiin Khurelsukh bahwa mereka berkomitmen untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, seperti energi nuklir.
Putin menyatakan, “Rusia akan terus memberikan listrik ke Mongolia. Kami juga terbuka untuk pelaksanaan proyek bersama di bidang energi nuklir damai berdasarkan teknologi Rusia yang paling modern dan aman, termasuk penggunaan reaktor modul kecil,” seperti yang dilaporkan Kremlin.ru.
Mongolia Tolak Desakan Barat untuk Tangkap Putin
Ukraina marah atas keputusan pemerintah Mongolia untuk menghindari penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin selama kunjungan resminya.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menggambarkan ini sebagai pengabaian Mongolia, salah satu anggota ICC, dan penghinaan terhadap sistem hukum pidana internasional.
Juru bicara Kemlu Ukraina Heorhiy Tykhyi mengatakan, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (3/9), “Mongolia telah membiarkan seorang penjahat yang dituduh menghindari keadilan, dengan demikian ikut bertanggung jawab atas kejahatan perang.”
Tykhyi menyatakan bahwa untuk memastikan Mongolia merasakan akibatnya, Ukraina akan bekerja sama dengan sekutunya.
Surat perintah penangkapan ICC tahun lalu terhadap Putin mewajibkan 124 negara anggota pengadilan, termasuk Mongolia, untuk menangkap presiden Rusia dan mengirimkannya ke Den Haag untuk diadili jika ia menginjakkan kaki di wilayah mereka.
Pada hari Senin (2/9), Putin tiba di Mongolia untuk berbicara tentang jaringan pipa gas baru yang menghubungkan Rusia dan Tiongkok.
Di bandara Ulaanbaatar, presiden Rusia disambut dengan hormat. Dia menandatangani sejumlah dokumen penting dan dijadwalkan bertemu dengan pemimpin Mongolia Ukhnaagiin Khurelsukh.
Dalam sebuah pernyataan sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa pihaknya tidak khawatir tentang surat perintah penangkapan ICC karena mereka telah melakukan negosiasi yang sukses dengan Mongolia.